
BOLASPORT.COM – Nomor tunggal putra masih menjadi salah satu nomor yang sakral untuk dimenangi dalam Kejuaraan Dunia.
Memasuki pekan turnamen bergengsi Kejuaraan Dunia 2025 di Prancis, 25-31 Agustus 2025, nomor tunggal putra selalu menarik untuk dibahas.
Nomor ini menjadi lebih terasa gengsinya karena persaingan yang ketat dan tak terduga.
Meski demikian, faktanya jumlah pemenang Juara Dunia tunggal putra yang bisa konsisten dalam dua atau tiga edisi beruntun malah sedikit.
Sejak kompetisi ini bergulir pada 1977, baru ada empat pemain tunggal putra yang tertulis dalam sejarah mampu menjadi Juara Dunia back-to-back atau secara beruntun.
Pemain tunggal putra yang pertama kali bisa mempertahankan juara dunianya dalam dua edisi beruntun adalah Yang Yang.
Yang Yang merupakan salah satu legenda tunggal putra China di era 1980an.
Dia pernah menikmati kejayaan di saat Indonesia memiliki andalan seperti Liem Swie King, Rudy Hartono, dan munculnya era generasi baru Alan Budikusuma dan Ardy B Wiranata.
Yang Yang menjadi Juara Dunia pada edisi Kejuaraan Dunia 1987 dan 1989. Saat itu, kompetisi ini masih digelar secara dua tahunan.
Pada edisi 1987, Yang mengalahkan Morten Frost asal Denmark kemudian di edisi berikutnya mengalahkan Ardy Wiranata pada 1989.
Sampai memasuki era milenium, belum pernah ada lagi tunggal putra yang mampu mempertahankan gelar juara dunianya. Mereka selalu gagal mempertahankan titel atau tak lagi ikut di edisi selanjutnya.
Sampai tiba masanya kemunculan pemain tersukses tunggal putra era modern, Lin Dan.
Mantan tunggal putra nomor satu dunia yang juga berasal dari China itu tercatat menjadi pemain tersukses di Kejuaraan Dunia dengan lima gelar.
Dua gelar di antaranya berhasil dimenangi Lin Dan secara back-to-back yaitu pada edisi 2006 dan 2007 saat Kejuaraan Dunia sudah diselenggarakan setiap satu tahun sekali, kecuali di tahun Olimpiade.
Di masa-masa persaingan sengitnya dalam era fantastis four tunggal putra, Lin Dan menjadi juara dunia baru setelah edisi 2005 dimenangi oleh Taufik Hidayat.
Pada edisi 2006, 2007, dan 2009 dia sukses meraih keping medali emas dengan masing-masing menundukkan kompatriotnya Bao Chun Lai, wakil Indonesia, Sony Dwi Kuncoro, dan kompatriot lainnya Chen Jin.
Jika meniliki tahun 2008 adalah tahun Olimpiade Beijimg 2008, maka legasi Lin Dan makin tak terelakkan dalam empat tahun karena dia juga meraih emas di sana.

Supremasi tunggal putra China tak berhenti di Lin Dan setelah kemunculan Chen Long.
Generasi yang belum berbeda jauh tapi sering tersamarkan oleh kedigdayaan Lin Dan yang memang awet.
Chen Long berhasil membuktikan diri sebagai bintang tunggal putra yang layak disegani tatkala dia sukses mempertahankan gelar juara dunia pada edisi 2014 dan 2015.
Dia sama-sama mengalahkan Lee Chong Wei asal Malaysia. Di edisi 2014, medali perak Lee juga dianulir karena tersandung kasus doping.
Setelah Chen Long, muncullah pemain tunggal putra keempat yang juga jadi yang terakhir sampai saat ini, yang mampu mempertahankan gelarnya, yaitu Kento Momota.
Memecah dominasi tunggal putra China, mantan anak didik Imam Tohari itu berhasil menguasai peta persaingan dan menjadi raja bulu tangkis yang sulit dikalahkan di tahun-tahun 2018-2020.
Momota mengecap gelar juara dunia pertamanya pada 2018 dan berhasil mempertahankan di edisi 2019.

Mantan pemain kidal asal Jepang itu mengalahkan Shi Yu Qi asal China dan Anders Antonsen dari Denmark, menikmati masa keemasannya sebagai raja bulu tangkis dunia yang paling menyeramkan saat itu.
Di final edisi 2019 saat melawan Antonsen, Momota bahkan bermain sangat ganas hingga menang dengan skor sangat telak dan sulit dilupakan, 21-9, 21-3.
Pada Kejuaraan Dunia 2025 ini, perhatian akan tertuju pada sosok Kunlavut Vitidsarn asal Thailand yang berstatus juara bertahan.
Mampukah Vitidsarn mengikut jejak Yang Yang, Lin Dan, Chen Long, dan Kento Momota?
Situasi mempertahankan gelar juara dunia pernah berhasil dilakukan Vitidsarn tetapi itu ketika dia masih nerada di level junior. Dia pernah berhasil menjadi penguasa tunggal putra di tiga edisi Kejuaraan Dunia Junior pada edisi 2017, 2018, dan 2019.